Puji syukur kami
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, kami selaku penulis alhamdulillah dapat menyelesaikan makalah
sejarah tentang Stasiun Cibatu. Semoga
makalah yang kami susun dapat memenuhi tugas yang telah diberikan oleh ustdzh.
Dini Citra Andriani selaku guru pelajaran sejarah kami.
Atas nama penulis,
kami mohon maaf apabila ada kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan yang ada dalam makalah ini baik yang kami
sengaja maupun tidak. Kesempurnaan hanyalah milik-Nya bukan milik kami
sebagai makhluk ciptaann-Nya. kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini. Semoga dengan adanya makalah
ini bisa menambah pengaetahuan mengenai peristiwa sejarah stasiun Cibatu .
Garut,November 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu pengetahuan
bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia. Manusia mempunyai
rasa ingin tahu tentang benda-benda disekitarnya, seperti bulan, bintang, dan
matahari. Bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri. Ilmu pengetahuan merupakan
pencaria makna praktis,yaitu penjelasan yang bisa dimanfaatkan. Penjelasan ini
telah menjadi dasar ilmu pengetahuan manusia dari zaman pra-sejarah hingga awal
abad ke-20.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah
dibangunnya Stasiun Cibatu?
2.
Siapa saja tokoh yang
pernah mengunjungi Stasiun Cibatu?
3.
Peristiwa apa yang
pernah terjadi di Stasiun Cibatu?
C.
Tujuan
1.
Agar kita dapat
mengetahui sejarah dibangunnya Stasiun Cibatu
2.
Agar kita dapat
mengetahui tokoh yang pernah mengunjungi stasiun cibatu
3.
Agar kita dapat
mengetahui peristiwa yang pernah terjadi di Stasiun Cibatu
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Stasiun
Cibatu
Stasiun Cibatu
beralamat di Jalan Ampera 01 Cibatu, Garut, Jawa Barat. Stasiun Cibatu
didirikan pada tahun 1889 setelah diresmikannya jalur kereta api yang
menghubungkan stasiun Cicalengka dengan Cilacap oleh Staat Spoorwegen (Maskapai
kereta api milik pemerintah Hindia-Belanda).
Nama Cibatu itu
sendiri muncul, ketika masa bupati Limbangan Nayawangsa (1678). Hadirnya
penguasa Mataram ke Tatar sunda, dikhawatirkan pusaka-pusaka direbut oleh raja
Mataram, maka diamankan di wilayah Wanakerta sebagai wilayah kekuasaan
Limbangan, yaitu di kampung Gunung Limbangan. Wilayah Wanakerta sendiri,
merupakan daerah subur sumber air dan banyak bebatuan, sehingga menjadi tempat
singgah Dalem Limbangan. Maka lahirlah nama Ci (cai: air) batu (batu)
sejak itu hingga sekarang. Kepopuleran Cibatu dari jaman ke jaman ternyata
semakin besar. Berpindahnya ibu kota kabupaten Limbangan ke Garut (1913),
membuat stasiun kereta api menjadi sarana transfortasi utama, baik bagi
masyarakat maupun kunjungan kenegaraan yang dipergunakan menuju kota kabupaten
Garut.
Terletak di
ketinggian 612 meter di atas permukaan laut, Stasiun Cibatu terasa sejuk berlingkung
bukit dan gunung. Di sebelah barat tampak Gunung Guntur yang ketika itu
puncaknya diselimuti mega putih. Sementara setengah punggung gunung dirambati
sinar matahari. Sebuah panorama yang mirip lukisan. Di kiri-kanan, sejauh mata
memandang, tampak gunung-gunung indah, yaitu Gunung Papandayan, Gunung Cikuray,
Gunung Kancil, dan Gunung Haruman.
Garut yang pada masa
itu memiliki pesona alam yang indah, membuat wisatawan Eropa tertarik
untuk berkunjung kesana. Maka Stasiun Cibatu yang menjadi Stasiun primadona
pada saat itu menjadi tempat pemberhentian bagi wisatawan yang ingin berkunjung
ke Garut. Dalam buku Seabad Grand Hotel Preanger 1897-1997 yang ditulis
oleh Haryoto Kunto, antara tahun
1935-1940 setiap hari di stasiun Cibatu diparkir selusin taksi dan limousine
milik hotel-hotel di Garut, di antaranya Hotel Papandayan, Villa Dolce, Hotel
Belvedere, Hotel Van Hengel, Hotel Bagendit, Villa Pautine, dan Hotel Grand
Ngamplang.
Pada tahun 1926
Dibuka jalur baru yang menghubungkan Cibatu dengan Cikajang.Jalur kereta api
Cibatu-Cikajang tercatat sebagai lerasi jalur yang melewati rute jalur
tertinggi di Pulau Jawa (>1.200 m dpl), namun sejak tahun 1982
Jalur kereta api Cibatu-Cikajang sudah tidak beroprasi lagi.
2. Dipo Lokomotif
Setelah memasuki gerbang stasiun bisa dilihat sebelah kanan stasiun ada Dipo
Lokomotif, sebagai tempat perbaikan dan pemeliharaan lokomotif uap.
Dipo lokomotif
berfungsi sebagai cadangan jika ada lokomotif yang harus diganti dalam
perjalanan karna kerusakan atau jika ada lokomotif dengan rangkaian yang
membutuhkan tenaga tambahan (traksi ganda).Pada tahun 1983 seiring ditutupnya
jalur Cibatu-Garut-Cikajang Dipo lokomotif Cibatu tidak lagi beroprasi sebagai
dipo utama, saat ini dipo lokomotif cibatu hanya berstatus sebagai sub dipo.
3. Tokoh tokoh yang
pernah singgah di Stasiun Cibatu
Komedian legendaries
Charlie Chaplin pernah turun di Stasiun Cibatu, pada
1927 dan 1935. Ia menikmati keindahan alam Garut yang ketika itu disebut
Switzerland van Java. Selain Chaplin, tokoh lain yang tercatat menjejakan
kaki di stasiun Cibatu adalah Georges Clemenceau, dia adalah pendiri Koran La
Justice (1880), L’Aurore (1897), dan L’Homme libre (1913); sekaligus penulis
politik terkemuka. Clemenceau menjadi perdana mentri Prancis dalam dua periode,
yakni 1906-1909 dan 1917-1920.
Setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1946, Presiden RI yakni Ir.Soekarno juga
sempat berkunjung ke stasiun Cibatu dalam rangkaian perjalanan menggunakan
kereta api luar biasa menjadi jalur selatan. Sepanjang perjalanan tersebut
rakyat di kota kecil meminta Soekarno untuk turun disetiap stasiun dan berpidato.
Ir Soekarno juga yang member gelar garut sebagai kota intan, ditanah Cibatulah
Soekarno pertama kali menginjakan kaki.
4. PLH Trowek 1995
25 Oktober 1995 di
Jembatan Trowek menjelang stasiun Trowek (kini Stasiun Cirahayu). Karna terjadi
di lokasi tersebut, catatan kelam ini dinamakan PLH Trowek (Peristiwa Luar
Biasa Trowek). Melibatkan dua rangkaian kereta yang dijadikan satu, dimana
salah satunya adalah kereta api Kahuripan.
Kejadian ini
bermula saat rangkaian kereta api Galuh rute Jakarta pasar senen sampai
Banjar (sekarang sudah dihapus) karna mengalami kerusakan di Stasiun
Cibatu-Garut. Dibelakangnya ada rangkaian kereta api Kahuripan tujuan Kediri
yang berangkat dari Stasiun Bandung jam 21.30 WIB atau berselang 30 menit di
belakang kereta api Galuh ketika meninggalkan stasiun Bandung.
Setibanya di stasiun
Cibatu, kereta api Kahuripan di gandengkan dengan kereta api Galuh,
pertimbangan PPKA Stasiun Cibatu waktu itu untuk memperlancar perjalanan
mengingat kereta api galuh sudah sangat terlambat. Jika opsi penggandengan
tidak diambil dikhawatirkan kereta api Galuh akan mengalami keterlambatan yang
lebih parah.Rangkaian gabungan ini rencananya hanya akan sampai Kroya, selepas
itu kereta api Kahuripan melanjutkan perjalanan sampai stasiun Kediri dan kereta
api Galuh kembali ke stasiun Banjar.
Lepas dari stasiun
Cibatu, rangkaian kereta api gabungan ini harus melewati medan yang sangat
sulit, yakni jalur menanjak dari Cibatu ke Cipeundeuy dan setelah Cipeundeuy
sampai dengan Ciawi jalurnya menurun. Sebenarnya dari Cicalengka hingga
Cibatupun kedua rangkaian kereta (Sebelum digabung) sudah melewati jalur yang
menurun.
.Lalu sekitar jam
00.03 WIB dini hari saat mendekati stasiun (Troek) sekarang stasiun
Cirahayu,Lokomotif kereta api Kahuripan mengalami kegagalan fungsi rem yang
mengakibatkan rangkaian kereta api gabungan ini semakin lama semakin melaju
kencang. Hingga pada lokasi kejadian di kilometer 241 di jembatan sungai
Cirahayu (Troek) sepanjang 100 Meter dengan kondisi rel menikung dan menurun di
tambah rem tak berfungsi mengakibatkan rangkaian kereta api gabungan ini anjlok
dan terguling kesisi kiri dan kanan rel serta terperosok kedalam jurang.
Tercatat 4
rangkaian gerbong terguling ke kanan sedalam 10 meter. 3 rangkaian berada
di rel dengan kondisi anjlok, semenata 5 rangkaian lagi selamat dan ditarik ke
stasiun Cibatu. Kerusakan parah juga diaalami kedua lokomotif, dimana lokomotif
kereta api Galuh kondisinya berantakan, bagian depan hancur akibat menabrak
tebing sedangkan bagian body belakang rusak parah. Sementara itu lokomotif
kereta api kahuripan terbalik dengan posisi roda diatas, dindingnya terkelupas
dan rusak parah.
PLH trowek 25 Oktober
1995 dini hari itupun memakan korban 14 penumpang tewas (termasuk masinis kedua
kereta) dan 71 lainnya luka berat. Kondisi penumpang tewas sebagian dalam
kondisi mengenaskan seperti ada bagian tubuh yang terpisah dan ada juga yang
terjatuh kedalam jurang ketika mencoba keluar lewat jendela, tidak sadar berada
ditengah jurang.
Ada lagi sumber yang
menyebutkan bahwa sebelum terjadi PLH Trowek, dikarenakan adanya trouble
genset. Ketika kereta api melintasi stasiun Cipeundeuy semua lampu kereta
api mati dan lokomotif mengeluarkan api secara terus menerus dengan batas
kecepatan (Taspat) diluar kewajaran. Lampu mati merupakan indikasi kereta api
mengalami Genset dan taspat yang tidak wajar indikasi bahwa rem mulai
bermasalah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Stasiun Cibatu adalah
stasiun kereta api di Cibatu, Garut, Jawa Barat. Yang didirikan pada tahun 1889
setelah diresmikannya jalur kereta api yang menghubungkan stasiun Cicalengka
dengan Cilacap oleh Staat Spoorwegen. Stasiun Cibatu terletak pada ketinggian
daratan +612 m dan merupakan salah satu stasiun kereta api yang masih
beroperasi di daerah Garut. Tidak jauh dari stasiun, terdapat sebuah bangunan
dipo lokomotif yang saat ini berstatus subdipo.
DAFTAR PUSAKA
Stasiun Cibatu
https://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Cibatu
http://travel.kompas.com/read/2014/05/20/1137368/Cibatu.Charlie.Chaplin.dan.Kereta.Api
http://tansorie.blogspot.co.id/2010/08/mengenal-silsilah-kecamatan-cibatu.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar