A.
Nuzulul Qur’an
1.
Pengertian Nuzulul Qur’an
Nuzulul Qur’an terdiri
atas 2 kata, yakni nuzul dan al-qur’an.kata nazala didalam bahasa Arab berarti “meluncur dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah “. Dalam konteks ini , misalnya bisa ditemui
kalimat didalam salah satu ayat
Al-Qur’an yang berbunyi:
“…. Tuhan , turunkan
lah padaku sesuatu berkah , karena Engkau adalah Zat pemberi berkah yang paling
baik.” (Q.S. Al-Mu’minun {23} :29)
Didalam hubungannya
dengan pembahasan Nuzulul Qur’an , kata Syekh Abd Al-Wahhab Abd Al-Majid
Ghazlan didalam Al Bayan fi Mabahitsi ‘Ulum Al-Qur’an Nya , yang dimaksud
dengan nuzulul qur’an adalah turunnya sesuatu dari tempat yang tinggi ketempat
yang lebih rendah dan sesuatu itu tidak lain adalah Al-Qur’an . hayna kemidian
syekh ghazlan berkomentar, “oleh karna yang turun itu bukan berbentuk fisik,
maka pengertian nuzul disini bisa mengandung pengertian kiasan ( majazi ) , dan
apabila yang dimaksud turun adalah lafadz, maka nuzul berarti Al-Ishal
(penyampaian ) dan Al-I’lam (pengimformasian) “.
Dr. Ahmad as Sayyid al Kumi dan Dr.
Muhammad Ahmad Yusuf al Qosim mengatakan , bahwa nuzul mempunyai lima makna :
a. Meluncurnya sesuatu dari tempat yang
tinggi ketempat yang rendah
b. Jatuh, tiba , singgah
c. Tertib, teratur, urutan pertemuan
d. Turun secara berangsur angsur dan
terkadang sekaligus .
2.
Sejarah Nuzulul Qur’an
·
Hari Pertama Al-Qur’an Diturunkan dan
Tempatnya
Al-Qur’an mulai
diturunkan kepada Nabi ketika Nabi sedang berkhilwat di Gua Hiro pada malam
Senin, bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan, tahun 41 dari kelahiran Nabi
Muhammad SAW. (6 Agustus 610 M). Sesuai dengan kemuliaan dan kebesaran
Al-Qur’an, Allah menjadikan malam permulaan turun Al-Qur’an itu malam Al-Qadar
yaitu suatu malam yang tinggi kadarnya.
Ibnu
Ishaq seorang pujangga tarikh Islam yang
ternama menetapkan bahwa malam itu adalah malam 17 Ramadhan. Penetapan ini
dapat dikuatkan dengan isyarat Al-Qur’an sendiri:
“….Jika kamu telah beriman kepada
Allah dan kepada sesuatu yang telah kami turunkan kepada hamba kami pada hari
Al-Furqan, hari bertemu dua pasukan.” (Q.S. Al-Anfal {8}: 41).
Dikehendaki dengan hari bertemu dua
pasukan adalah hari bertemu tentara Islam dengan tentara Qurais dalam pertemuan
Badar. Yang demikian itu tepat pada hari Jumat tanggal 17 Ramadhan tahun yang
ke 2 H. Dan hari Furqan ialah hari permulaan diturunkan Al-Qur’an. Maka kedua
hari itu bersatu sifatnya yaitu sama-sama pada hari Jumat 17 Ramadhan walaupun
tidak dalam setahun.
Menurut hadits Bukhari dari Aisyah
ra berkata:
“Permulaan wahyu yang diterima
Rasulullah ialah mimpi yang benar. Beliau bermimpi seakan-akan melihat sinaran
subuhb dan terjadi persis seperti yang dimimpikan.”
Sesudah itu beliau mulai gemar
berkhilwat. Beliau berkhalwat di Gua Hiro, beribadah beberapa malam, sebelum
beliau kembali kepada keluarganya untuk mengambil bekal. Sesudah beberapa malam
beliau berada di Gua, beliau kembali kepada Khadijah sekedar untuk mengambil
makanan untuk beberapa hari. Beliau terus berbuat demikian sampai datanglah haq (kebenaran) kepadanya. Malaikat
datang kepadanya lalu berkata: “Iqra”
(bacalah ini). Nabi menjawab: “Saya tidak pandai membaca.” Nabi
menerangkan: “Mendengar jawaban itu, Malaikat pun memelukku sampai aku terasa
kepayahan karna kerasnya pelukan itu. Kemudian dilepaskan serta disuruh membaca
lagi. Aku menjawab seperti yang pertama. Malaikat memelukku lagi. Sesudah itu
barulah Malaikat berkata dalam QS Al-Alaq 1-5”
Sesudah itu Rasulullah segera
kembali pulang dengan badan gemetar karna ketakutan. Nabi menjumpai Khadijah da
bertaka: “Selimuti aku, selimuti aku!” Sesudah tenang perasaannya, beliau
menceritakan kepada Khadijah apa yang telah terjadi, seraya berkata: “Saya
khawatir sekali terhadap diriku ini.” Maka Khadijah menjawab: “Tidak
sekali-kali tidak, demi Allah, Allah sekali-kali tidak mengabaikan engkau.
Engkau seorang yang selalu memikul beban orang, memberikan sesuatu kepada orang
yang tidak mampu, memuliakan dan menjamu tamu yang datang dan memberikan
bantuan-bantuan terhadap bencana-bencana yang menimpa manusia.”
Sesudah itu Khadijah pergi bersama
Nabi kepada Waraqah Ibnu Naufah, anak dari paman Khadijah yang telah lama
memeluk agama Nasrani dan pandai menulis dalam tulisan Ibrani. Dia seorang
Syekh yang sangat tua dan matanya telah buta.
Khadijah berkata kepadanya: “Wahai
anak paman, dengarlah apa yang dikatakan oleh anak saudaramu ini.” Waraqah
bertanya: “Wahai anak saudaraku, apakah
gerangan yang menimpa engkau.” Maka Rasulullah SAW menerangkan apa yang telah
dilihat dan dialaminya.
Mendengar itu Waraqah berkata:
“Itulah namus (Jibril) yang telah Allah turunkan kepada Musa. Alangkah baiknya
jika aku kala itu (kala Muhammad memulai nubuahnya atau seruannya) masih muda
dan kuat! Mudah-mudahan kiranya diwaktu itu aku masih hidup yaitu diwaktu
engkau diusir oleh kaummu.” Maka Rasulullah bertanya “Apakah mereka akan mengusirku?”
waraqah menjawab: “Ya benar sekali.” Tidak ada seorang lelaki yang membawa
seperti yang engkau bawakan, kecuali akan dimusuhi. Jika aku hidup sampai saat
itu, aku akan menolongmu dengan sesungguhnya.” Tidak lama kemudian Waraqah meninggal dunia dan wahyu pun berhenti untuk
sementara waktu.
·
Hari Terakhir Al-Qur’an Diturunkan
dan tempatnya
Kebanyakan Ulama
menetapkan bahwa hari terakhir turunnya Al-Qur’an ialah hari Jumat 9 Dzulhijjah
tahun 10 H atau tahun 63 dari kelahiran Nabi (Maret 632 M).
Pada saat itu Nabi
sedang berwukuf di Padang Arafah mengerjakan haji yang terkenal dengan haji
Wada’. Kebanyakan Ulama tafsir menetapkan bahwa sesudah hari itu Al-Qur’an
tidak lagi diturunkan untuk menerangkan hokum dan Nabi pun hidup sesudahnya
hanya selama 81 malam. Ahli Tarikh menetapkan bahwa Nabi SAW hidup sesudahnya
selama kurang lebih 3 bulan. Sebagaimana diketahui bahwa Rasulullah wafat pada
hari Senin 12 Rabi’ul Awal tahun 11 H (7 Juni 632 M) .
3.
Proses Penurunan Al-Qur’an
·
Tahap
tahap Turunnya Al-Qur’an
a. Tahapan Pertama (At-Tanazzulul
Awwalu)
Tahapan pertama
Al-Qur’an diturunkan atau ditempatkan ke Lauhul Mahfudz. Yakni, suatu tempat
dimana manusia tidak bisa mengetahuinya secara pasti.
Dalil yang mengisyaratkan bahwa Al-Qur’an itu ditempatkan di Lauhul
Mahfudz itu ialah keterangan firman Allah SWT:
“Bahkan (yang didustakan mereka) itu
ialah Al-Qur’an yang mulia yang tersimpan di Lauh Mahfudz.” (Q.S
Al-Buruj 21-22)
Tetapi mengenai sejak
kapan Al-Qur’an ditempatkan di Lauh Mahfudz itu, dan bagaimana caranya adalah
hal-hal ghaib tidak ada yang mampu mengetahuinya, selain dari Allah SWT, dzat
Yang Maha Mengetahui segala hal yang tersembunyi. Namun, mengenai bagaimana
cara turunnya Al-Qur’an itu ke Lauh Mahfudz dapat disistematiskan secara
sekaligus keseluruh Al-Qur’an itu.
b. Tahapan Kedua (Attanazzulu Ats-Tsani)
Tahapan kedua,
Al-Qur’an turun dari Lauh Mahfudz ke Baitul Izzah dilangit dunia. Jadi, setelah
berada di Lauh Mahfudz, kitab Al-Quran itu diturunkan ke Baitul Izzah di langit
dunia atau langit terdekat dibumi ini.
c. Tahapan Ketiga (Attanazzulu
Ats-Tsaalitsu)
Tahapan Ketiga, Al-Qur’an
turun dari Baitul Izzah dilangit dunia langsung kepada nabi Muhammad SAW.
Artinya, setelah wahyu kitab Al-Qur’an itu pertama kalinya ditempatkan di Lauh
Mahfudz, lalu keduanya diturunkannya ke Baitul Izzah dilangit dunia, kemudian
ketiganya disampaikan langsung kepada Nabi Muhammad SAW, maupun dari balik
tabir.
4.
Pendapat Para Ulama Tentang Nuzulul
Qur’an
1. Jumhur Ulama: Antara lain Ar-Razi,
Imam As-Suyuthi, Az-Zakrkasyi, dll mengatakan arti Nuzulul Qur’an itu harus
dipakai makna majazi yaitu menetapkan /
memberitahukan / me- nyampaikan Al-Qur’an.
2. Sebagian Ulama antara lain Imam Ibnu
Taimiyah dkk. Mengatakan pengertian Nuzulul Qur’an itu juga tidak perlu
dialihkan dari arti hakiki kepada arti majazi. Maka kata Nuzulul Qur’an itu
berarti “turunnya Al-Qur’an”. Sebab arti tersebut sudah biasa digunakan dalam
bahasa Arab.
B. Turunnya Al-Qur’an dengan 7 Huruf
Ø Pendapat Mengenai Turunnya Al-Qur’an dengan 7 Huruf
a. Sebagian besar ulama berpendapat
bahwa yang dimaksud dengan 7 huruf adalah 7 macam bahasa dari bahasa-bahasa
Arab mengenai satu makna, dengan pengertian jika bahasa mereka berbeda-beda
dalam mengungkapkan satu makna, maka Al-Qur’an pun diturunkan dengan sejumlah
lafadz sesuai dengan ragam bahasa tersebut tentang makna yang satu itu. Dan
jika tidak terdapat perbedaan, maka Al-Qur’an hanya mendatangkan satu lafadz
atau lebih saja. Kemudian mereka berbeda pendapat juga dalam menentukan ke 7
bahasa tersebut. Dikatakan bahwa ke 7 bahasa itu adalah bahasa Qurais, Kuzail,
Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim dan Yaman. Menurut Abu Hatim as-Sijistani,
Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Qurais, Kuzail, Tamim, Azad, Rabi’ah,
Hawazin, dan Sa’ad bin Bakar. Dan diriwayatkan pula pendapat yang lain.
b. Suatu kaum berpendapat bahwa yang
dimaksud dengan 7 huruf adalah 7 macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab dengan
makna Al-Qur’an diturunkan, dengan pengertian bahwa kata-kata dalam Al-Qur’an
secara keseluruhan tidak keluar dari ke 7 macam bahasa tadi, yaitu bahasa
paling fasih dikalangan bangsa Arab, meskipun sebagian besarnya bahasa Qurais.
Sedang sebagian yang lain dalam bahasa Huzail, Saqif, Hawazim, Kinanah, Tamim
atau Yaman, karna itu maka secara keseluruhan Al-Quran mencakup ke 7 bahasa
tersebut. Pendapat ini berbeda dengan pendapat sebelumnya, karna yang dimaksud
dengan 7 huruf dalam pendapat ini adalah 7 huruf yang bertebaran di berbagai
surat Al-Qur’an, bukan 7 bhahasa yang berbeda dalam kata tetapi sama dengan
makna.
Berkata
Abu ‘Ubaid: “Yang dimaksud bukanlah setiap kata boleh dibaca dengan 7 bahasa,
tetapi 7 bahasa yang bertebaran dalam Al-Qur’an. Sebagiannya bahasa Qurais,
sebagian yang lain bahasa Huzail, Hawazim, Yaman, dll” dan katanya pula:
“Sebagian bahasa-bahasa itu lebih beruntung karna dominan dalam Al-Qur’an.”
c. Sebagian ulama menyebutkan bahwa yang
dimksud dengan 7 huruf adalah 7 wajah, yaitu: Amr, Nahyu, Wa’d, Wa’id, Jadal,
Qasas, dan Masal. Atau Amr, Nahyu, Halal, Haram, Muhkam, Mutasyabbih dan Amsal.
d. Segala ulama berpendapat bahwa yang
dimaksud dengan 7 huruf adalah 7 macam hal yang didalamnya terjadi ikhtilat,
yaitu:
-
Ikhtilatul
Asma’ (perbedaan kata benda)
-
Perbedaan
dalam segi I’rab (Harokat akhir kata)
-
Perbedaan
dalam Tasrif
-
Perbedaan
dalam Taqdim ( Mendahulukan ) dan Ta’hir (mengakhirkan)
-
Perbedaan
dalam segi Ibdal (penggantian)
-
Perbedaan
karena ada penambahan dan pengurangan
-
Perbedaan
Lahzah.
e. Sebagian ulama ada yang berpendapat
bahwa bilangan 7 itu tidak diartikan secara harfiah, tetapi bilangan tersebut
hanya sebagai lambang kesempurnaan menurut kebiasaan orang Arab. Dengan
demikian, maka kata 7 adalah isyarat bahwa bahasa dan susunan Al-Qur’an
merupakan batas dan sumber utama bagi perkataan semua orang Arab yang telah
mencapai puncak kesempurnaan tertinggi. Sebab, lafadz Sab’ah dipergunakan pula
untuk menunjukan jumlah banyak dan sempurna dalam bilangan satuan, seperti “70”
dalam bilangan puluhan, dan “700” dalam ratusan. Tetapi kata-kata itu tidak
dimaksudkan untuk menunjukan bilangan tertentu.
f.
Segolongan
ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan 7 huruf tersebut adalah Qira’at 7.
Pendapat terkuat dari
semua pendapat tersebut adalah pendapat pertama, yaitu bahwa yang dimaksud
dengan 7 huruf adalah 7 macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab dalam
mengungkapkan satu makna yang sama. Misalnya: Aqbil, Ta’ala, Hulumma, ‘Azal dan
Asra’. Lafadz-lafadz yang berbeda ini digunakan untuk menunjukan satu makna
yaitu perintah untuk menghadap. Pendapat ini dipilih oleh Sufyan Bin Uyaynah,
Ibn Jarir, Ibn Wahab, dan lainnya. Ibnu Abdil Bar menisbatkan pendapat ini
kepada sebagian besar ulama, dan dalil bagi pendapat ini ialah apa yang
terdapat dalam hadit Abu bakrah berikut:
“Jibril mengatakan: Wahai Muhammad, bacalah Al-Quran dengan satu huruf,
lalu Mikail mengatakan : Tambahkanlah. Jibril berkata lagi: dengan dua huruf!
Jibril terus menambahnya hingga sampai dengan 6 atau 7 huruf. Lalu ia berkata:
semua itu obat penawar yang memadai, selama ayat azab tidak ditutup dengan ayat
rahmat, dan ayat rahmat tidak ditutup dengan ayat madzhab. Seperti kata-kata:
Hulumma, Ta’ala, Aqbil, Idzhab, Asra’ dan Azal.”
Ø Hikmah diturunkannya Al-Qur’an dengan 7 huruf
1. Untuk memudahkan bacaan dan hapalan
bagi bangsa yang ummi, tidak bisa baca tulis, yang setiap kabilahnya mempunyai
dialek masing-masing, namun belum terbiasa menghapal syariat, apalagi
mentradisikannya.
2. Bukti kemukjizatan Al-Qur’an bagi
naluri atau watak dasar kebahasaan orang Arab. Qur’an mempunyai banyak pola
susunan bunyi yang sebanding dengan segala macam cabang dialek bahasa yang
telah menjadi naluri bahasa orang-orang Arab, sehingga setiap orang Arab dapat
mengalunkan huruf-huruf dan kata-katanya sesuai dengan irama yang telah menjadi
watak dasar mereka dan lahzah kaumnya, dengan tetap keberadaan Qur’an sebagai
mukjizat yang ditantang Rasululloh kepada mereka. Dan mereka tidak mampu
menghadapi tantangan tersebut. Sekalipun demikian, kemukjizatan itu bukan
terhadap bahasa melainkan terhadap naluri kebahasaan mereka itu sendiri.
3. Kmukjizatan Qur’an dalam aspek makna
dan hukum-hukumnya. Sebab perubahan-perubahan bentuk lafadz pada sebagian huruf
dan kata-kata memberikan peluang luas untuk dapat disimpulkan daripadanya
berbagai hukum. Hal inilah yang menyebabkan Qur’an relavan un tuk setiap masa.
Oleh karena itu, para Fuqaha dalam istinbat (penyimpulan hukum) dan ijtihad
berhujah dengan qira’at bagi ke 7 huruf ini.
C.
Kesimpulan
Nuzulul Al-Qur’an atau yang di
Indonesia sering ditulis Nuzulul Qur’an terdiri dari dua kata, yakni Nuzul dan Al-Qur’an. Kata Nazala
didalam bahasa Arab berarti “Meluncur
dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah.”
Al-Qur’an mulai diturunkan kepada
Nabi ketika sedang berkhilwat di Gua Hira pada malam Senin, bertepatan dengan
tanggal 17 Ramadhan, tahun 41 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW (6 Agustus 610
M).
Diatas juga pada intinya menjelaskan
bahwa sesuai dengan masing-masing pendapat para ulama, Al-Qur’an itu diturunkan
atas 7 huruf. Dan hal tersebut mempunyai dalil-dalil tersendiri serta mempunyai
beberapa hikmah yang terkandung didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Myrealblo.blogspot.co.id/2015/11/ulumul-quran-sejarah-nuzulul-quran.html?m=1
Syaefudin93.blogspot.co.id/2015/08/makalah-turunnya-al-quran-dengan-tujuh.html?m=1
http://www.slideshare.net/nobericsoember/makalah-24885701
Tidak ada komentar:
Posting Komentar