Kamis, 11 Mei 2017

Makalah tentang NUZULUL QUR`AN DAN 7 HURUF



A.   Nuzulul Qur’an
1.     Pengertian Nuzulul Qur’an
Nuzulul Qur’an terdiri atas 2 kata, yakni nuzul dan al-qur’an.kata nazala didalam bahasa Arab berarti “meluncur dari tempat  yang tinggi ke tempat yang rendah “.  Dalam konteks ini , misalnya bisa ditemui kalimat didalam salah satu ayat  Al-Qur’an yang berbunyi:   
“….  Tuhan , turunkan lah padaku sesuatu berkah , karena Engkau adalah Zat pemberi berkah yang paling baik.” (Q.S. Al-Mu’minun {23} :29)
Didalam hubungannya dengan pembahasan Nuzulul Qur’an , kata Syekh Abd Al-Wahhab Abd Al-Majid Ghazlan didalam Al Bayan fi Mabahitsi ‘Ulum Al-Qur’an Nya , yang dimaksud dengan nuzulul qur’an adalah turunnya sesuatu dari tempat yang tinggi ketempat yang lebih rendah dan sesuatu itu tidak lain adalah Al-Qur’an . hayna kemidian syekh ghazlan berkomentar, “oleh karna yang turun itu bukan berbentuk fisik, maka pengertian nuzul disini bisa mengandung pengertian kiasan ( majazi ) , dan apabila yang dimaksud turun adalah lafadz, maka nuzul berarti Al-Ishal (penyampaian ) dan Al-I’lam (pengimformasian) “.
Dr. Ahmad as Sayyid al Kumi dan Dr. Muhammad Ahmad Yusuf al Qosim mengatakan , bahwa nuzul mempunyai lima makna :
a.      Meluncurnya sesuatu dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah
b.      Jatuh, tiba , singgah
c.       Tertib, teratur, urutan pertemuan
d.      Turun secara berangsur angsur dan terkadang sekaligus .

2.     Sejarah Nuzulul Qur’an
·        Hari Pertama Al-Qur’an Diturunkan dan Tempatnya
Al-Qur’an mulai diturunkan kepada Nabi ketika Nabi sedang berkhilwat di Gua Hiro pada malam Senin, bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan, tahun 41 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW. (6 Agustus 610 M). Sesuai dengan kemuliaan dan kebesaran Al-Qur’an, Allah menjadikan malam permulaan turun Al-Qur’an itu malam Al-Qadar yaitu suatu malam yang tinggi kadarnya.
Ibnu Ishaq  seorang pujangga tarikh Islam yang ternama menetapkan bahwa malam itu adalah malam 17 Ramadhan. Penetapan ini dapat dikuatkan dengan isyarat Al-Qur’an sendiri:
“….Jika kamu telah beriman kepada Allah dan kepada sesuatu yang telah kami turunkan kepada hamba kami pada hari Al-Furqan, hari bertemu dua pasukan.” (Q.S. Al-Anfal {8}: 41).
            Dikehendaki dengan hari bertemu dua pasukan adalah hari bertemu tentara Islam dengan tentara Qurais dalam pertemuan Badar. Yang demikian itu tepat pada hari Jumat tanggal 17 Ramadhan tahun yang ke 2 H. Dan hari Furqan ialah hari permulaan diturunkan Al-Qur’an. Maka kedua hari itu bersatu sifatnya yaitu sama-sama pada hari Jumat 17 Ramadhan walaupun tidak dalam setahun.
            Menurut hadits Bukhari dari Aisyah ra berkata:
“Permulaan wahyu yang diterima Rasulullah ialah mimpi yang benar. Beliau bermimpi seakan-akan melihat sinaran subuhb dan terjadi persis seperti yang dimimpikan.”
            Sesudah itu beliau mulai gemar berkhilwat. Beliau berkhalwat di Gua Hiro, beribadah beberapa malam, sebelum beliau kembali kepada keluarganya untuk mengambil bekal. Sesudah beberapa malam beliau berada di Gua, beliau kembali kepada Khadijah sekedar untuk mengambil makanan untuk beberapa hari. Beliau terus berbuat demikian sampai datanglah haq (kebenaran) kepadanya. Malaikat datang kepadanya lalu berkata: “Iqra” (bacalah ini). Nabi menjawab: “Saya tidak pandai membaca.” Nabi menerangkan: “Mendengar jawaban itu, Malaikat pun memelukku sampai aku terasa kepayahan karna kerasnya pelukan itu. Kemudian dilepaskan serta disuruh membaca lagi. Aku menjawab seperti yang pertama. Malaikat memelukku lagi. Sesudah itu barulah Malaikat berkata dalam QS Al-Alaq 1-5”
            Sesudah itu Rasulullah segera kembali pulang dengan badan gemetar karna ketakutan. Nabi menjumpai Khadijah da bertaka: “Selimuti aku, selimuti aku!” Sesudah tenang perasaannya, beliau menceritakan kepada Khadijah apa yang telah terjadi, seraya berkata: “Saya khawatir sekali terhadap diriku ini.” Maka Khadijah menjawab: “Tidak sekali-kali tidak, demi Allah, Allah sekali-kali tidak mengabaikan engkau. Engkau seorang yang selalu memikul beban orang, memberikan sesuatu kepada orang yang tidak mampu, memuliakan dan menjamu tamu yang datang dan memberikan bantuan-bantuan terhadap bencana-bencana yang menimpa manusia.”
            Sesudah itu Khadijah pergi bersama Nabi kepada Waraqah Ibnu Naufah, anak dari paman Khadijah yang telah lama memeluk agama Nasrani dan pandai menulis dalam tulisan Ibrani. Dia seorang Syekh yang sangat tua dan matanya telah buta.
            Khadijah berkata kepadanya: “Wahai anak paman, dengarlah apa yang dikatakan oleh anak saudaramu ini.” Waraqah bertanya:  “Wahai anak saudaraku, apakah gerangan yang menimpa engkau.” Maka Rasulullah SAW menerangkan apa yang telah dilihat dan dialaminya.
            Mendengar itu Waraqah berkata: “Itulah namus (Jibril) yang telah Allah turunkan kepada Musa. Alangkah baiknya jika aku kala itu (kala Muhammad memulai nubuahnya atau seruannya) masih muda dan kuat! Mudah-mudahan kiranya diwaktu itu aku masih hidup yaitu diwaktu engkau diusir oleh kaummu.” Maka Rasulullah bertanya “Apakah mereka akan mengusirku?” waraqah menjawab: “Ya benar sekali.” Tidak ada seorang lelaki yang membawa seperti yang engkau bawakan, kecuali akan dimusuhi. Jika aku hidup sampai saat itu, aku akan menolongmu dengan sesungguhnya.” Tidak lama kemudian Waraqah  meninggal dunia dan wahyu pun berhenti untuk sementara waktu.
·        Hari Terakhir Al-Qur’an Diturunkan dan tempatnya
Kebanyakan Ulama menetapkan bahwa hari terakhir turunnya Al-Qur’an ialah hari Jumat 9 Dzulhijjah tahun 10 H atau tahun 63 dari kelahiran Nabi (Maret 632 M).
Pada saat itu Nabi sedang berwukuf di Padang Arafah mengerjakan haji yang terkenal dengan haji Wada’. Kebanyakan Ulama tafsir menetapkan bahwa sesudah hari itu Al-Qur’an tidak lagi diturunkan untuk menerangkan hokum dan Nabi pun hidup sesudahnya hanya selama 81 malam. Ahli Tarikh menetapkan bahwa Nabi SAW hidup sesudahnya selama kurang lebih 3 bulan. Sebagaimana diketahui bahwa Rasulullah wafat pada hari Senin 12 Rabi’ul Awal tahun 11 H (7 Juni 632 M) . 

3.     Proses Penurunan Al-Qur’an
·        Tahap tahap Turunnya Al-Qur’an
a.      Tahapan Pertama (At-Tanazzulul Awwalu)
Tahapan pertama Al-Qur’an diturunkan atau ditempatkan ke Lauhul Mahfudz. Yakni, suatu tempat dimana manusia tidak bisa mengetahuinya secara pasti.
Dalil yang mengisyaratkan bahwa Al-Qur’an itu ditempatkan di Lauhul Mahfudz itu ialah keterangan firman Allah SWT:
“Bahkan (yang didustakan mereka) itu ialah Al-Qur’an yang mulia yang tersimpan di Lauh Mahfudz.” (Q.S Al-Buruj 21-22)
Tetapi mengenai sejak kapan Al-Qur’an ditempatkan di Lauh Mahfudz itu, dan bagaimana caranya adalah hal-hal ghaib tidak ada yang mampu mengetahuinya, selain dari Allah SWT, dzat Yang Maha Mengetahui segala hal yang tersembunyi. Namun, mengenai bagaimana cara turunnya Al-Qur’an itu ke Lauh Mahfudz dapat disistematiskan secara sekaligus keseluruh Al-Qur’an itu.
b.      Tahapan Kedua (Attanazzulu Ats-Tsani)
Tahapan kedua, Al-Qur’an turun dari Lauh Mahfudz ke Baitul Izzah dilangit dunia. Jadi, setelah berada di Lauh Mahfudz, kitab Al-Quran itu diturunkan ke Baitul Izzah di langit dunia atau langit terdekat dibumi ini.
c.       Tahapan Ketiga (Attanazzulu Ats-Tsaalitsu)   
Tahapan Ketiga, Al-Qur’an turun dari Baitul Izzah dilangit dunia langsung kepada nabi Muhammad SAW. Artinya, setelah wahyu kitab Al-Qur’an itu pertama kalinya ditempatkan di Lauh Mahfudz, lalu keduanya diturunkannya ke Baitul Izzah dilangit dunia, kemudian ketiganya disampaikan langsung kepada Nabi Muhammad SAW, maupun dari balik tabir.


4.     Pendapat Para Ulama Tentang Nuzulul Qur’an
1.      Jumhur Ulama: Antara lain Ar-Razi, Imam As-Suyuthi, Az-Zakrkasyi, dll mengatakan arti Nuzulul Qur’an itu harus dipakai makna majazi yaitu   menetapkan / memberitahukan / me- nyampaikan Al-Qur’an.
2.      Sebagian Ulama antara lain Imam Ibnu Taimiyah dkk. Mengatakan pengertian Nuzulul Qur’an itu juga tidak perlu dialihkan dari arti hakiki kepada arti majazi. Maka kata Nuzulul Qur’an itu berarti “turunnya Al-Qur’an”. Sebab arti tersebut sudah biasa digunakan dalam bahasa Arab.

B.   Turunnya Al-Qur’an dengan 7 Huruf
Ø  Pendapat Mengenai Turunnya Al-Qur’an dengan 7 Huruf
a.      Sebagian besar ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan 7 huruf adalah 7 macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab mengenai satu makna, dengan pengertian jika bahasa mereka berbeda-beda dalam mengungkapkan satu makna, maka Al-Qur’an pun diturunkan dengan sejumlah lafadz sesuai dengan ragam bahasa tersebut tentang makna yang satu itu. Dan jika tidak terdapat perbedaan, maka Al-Qur’an hanya mendatangkan satu lafadz atau lebih saja. Kemudian mereka berbeda pendapat juga dalam menentukan ke 7 bahasa tersebut. Dikatakan bahwa ke 7 bahasa itu adalah bahasa Qurais, Kuzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim dan Yaman. Menurut Abu Hatim as-Sijistani, Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Qurais, Kuzail, Tamim, Azad, Rabi’ah, Hawazin, dan Sa’ad bin Bakar. Dan diriwayatkan pula pendapat yang lain.
b.      Suatu kaum berpendapat bahwa yang dimaksud dengan 7 huruf adalah 7 macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab dengan makna Al-Qur’an diturunkan, dengan pengertian bahwa kata-kata dalam Al-Qur’an secara keseluruhan tidak keluar dari ke 7 macam bahasa tadi, yaitu bahasa paling fasih dikalangan bangsa Arab, meskipun sebagian besarnya bahasa Qurais. Sedang sebagian yang lain dalam bahasa Huzail, Saqif, Hawazim, Kinanah, Tamim atau Yaman, karna itu maka secara keseluruhan Al-Quran mencakup ke 7 bahasa tersebut. Pendapat ini berbeda dengan pendapat sebelumnya, karna yang dimaksud dengan 7 huruf dalam pendapat ini adalah 7 huruf yang bertebaran di berbagai surat Al-Qur’an, bukan 7 bhahasa yang berbeda dalam kata tetapi sama dengan makna.
Berkata Abu ‘Ubaid: “Yang dimaksud bukanlah setiap kata boleh dibaca dengan 7 bahasa, tetapi 7 bahasa yang bertebaran dalam Al-Qur’an. Sebagiannya bahasa Qurais, sebagian yang lain bahasa Huzail, Hawazim, Yaman, dll” dan katanya pula: “Sebagian bahasa-bahasa itu lebih beruntung karna dominan dalam Al-Qur’an.”
c.       Sebagian ulama menyebutkan bahwa yang dimksud dengan 7 huruf adalah 7 wajah, yaitu: Amr, Nahyu, Wa’d, Wa’id, Jadal, Qasas, dan Masal. Atau Amr, Nahyu, Halal, Haram, Muhkam, Mutasyabbih dan Amsal.
d.      Segala ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan 7 huruf adalah 7 macam hal yang didalamnya terjadi ikhtilat, yaitu:
-          Ikhtilatul Asma’ (perbedaan kata benda)
-          Perbedaan dalam segi I’rab (Harokat akhir kata)
-          Perbedaan dalam Tasrif
-          Perbedaan dalam Taqdim ( Mendahulukan ) dan Ta’hir (mengakhirkan)
-          Perbedaan dalam segi Ibdal (penggantian)
-          Perbedaan karena ada penambahan dan pengurangan
-          Perbedaan Lahzah.
e.      Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa bilangan 7 itu tidak diartikan secara harfiah, tetapi bilangan tersebut hanya sebagai lambang kesempurnaan menurut kebiasaan orang Arab. Dengan demikian, maka kata 7 adalah isyarat bahwa bahasa dan susunan Al-Qur’an merupakan batas dan sumber utama bagi perkataan semua orang Arab yang telah mencapai puncak kesempurnaan tertinggi. Sebab, lafadz Sab’ah dipergunakan pula untuk menunjukan jumlah banyak dan sempurna dalam bilangan satuan, seperti “70” dalam bilangan puluhan, dan “700” dalam ratusan. Tetapi kata-kata itu tidak dimaksudkan untuk menunjukan bilangan tertentu.
f.        Segolongan ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan 7 huruf tersebut adalah Qira’at 7.
Pendapat terkuat dari semua pendapat tersebut adalah pendapat pertama, yaitu bahwa yang dimaksud dengan 7 huruf adalah 7 macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab dalam mengungkapkan satu makna yang sama. Misalnya: Aqbil, Ta’ala, Hulumma, ‘Azal dan Asra’. Lafadz-lafadz yang berbeda ini digunakan untuk menunjukan satu makna yaitu perintah untuk menghadap. Pendapat ini dipilih oleh Sufyan Bin Uyaynah, Ibn Jarir, Ibn Wahab, dan lainnya. Ibnu Abdil Bar menisbatkan pendapat ini kepada sebagian besar ulama, dan dalil bagi pendapat ini ialah apa yang terdapat dalam hadit Abu bakrah berikut:
“Jibril mengatakan: Wahai Muhammad, bacalah Al-Quran dengan satu huruf, lalu Mikail mengatakan : Tambahkanlah. Jibril berkata lagi: dengan dua huruf! Jibril terus menambahnya hingga sampai dengan 6 atau 7 huruf. Lalu ia berkata: semua itu obat penawar yang memadai, selama ayat azab tidak ditutup dengan ayat rahmat, dan ayat rahmat tidak ditutup dengan ayat madzhab. Seperti kata-kata: Hulumma, Ta’ala, Aqbil, Idzhab, Asra’ dan Azal.”
Ø  Hikmah diturunkannya Al-Qur’an dengan 7 huruf
1.      Untuk memudahkan bacaan dan hapalan bagi bangsa yang ummi, tidak bisa baca tulis, yang setiap kabilahnya mempunyai dialek masing-masing, namun belum terbiasa menghapal syariat, apalagi mentradisikannya.
2.      Bukti kemukjizatan Al-Qur’an bagi naluri atau watak dasar kebahasaan orang Arab. Qur’an mempunyai banyak pola susunan bunyi yang sebanding dengan segala macam cabang dialek bahasa yang telah menjadi naluri bahasa orang-orang Arab, sehingga setiap orang Arab dapat mengalunkan huruf-huruf dan kata-katanya sesuai dengan irama yang telah menjadi watak dasar mereka dan lahzah kaumnya, dengan tetap keberadaan Qur’an sebagai mukjizat yang ditantang Rasululloh kepada mereka. Dan mereka tidak mampu menghadapi tantangan tersebut. Sekalipun demikian, kemukjizatan itu bukan terhadap bahasa melainkan terhadap naluri kebahasaan mereka itu sendiri.
3.      Kmukjizatan Qur’an dalam aspek makna dan hukum-hukumnya. Sebab perubahan-perubahan bentuk lafadz pada sebagian huruf dan kata-kata memberikan peluang luas untuk dapat disimpulkan daripadanya berbagai hukum. Hal inilah yang menyebabkan Qur’an relavan un tuk setiap masa. Oleh karena itu, para Fuqaha dalam istinbat (penyimpulan hukum) dan ijtihad berhujah dengan qira’at bagi ke 7 huruf ini.

C.    Kesimpulan
Nuzulul Al-Qur’an atau yang di Indonesia sering ditulis Nuzulul Qur’an terdiri dari dua kata, yakni Nuzul dan Al-Qur’an. Kata Nazala didalam bahasa Arab berarti “Meluncur dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah.”
Al-Qur’an mulai diturunkan kepada Nabi ketika sedang berkhilwat di Gua Hira pada malam Senin, bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan, tahun 41 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW (6 Agustus 610 M).
Diatas juga pada intinya menjelaskan bahwa sesuai dengan masing-masing pendapat para ulama, Al-Qur’an itu diturunkan atas 7 huruf. Dan hal tersebut mempunyai dalil-dalil tersendiri serta mempunyai beberapa hikmah yang terkandung didalamnya.
















DAFTAR PUSTAKA
Myrealblo.blogspot.co.id/2015/11/ulumul-quran-sejarah-nuzulul-quran.html?m=1
Syaefudin93.blogspot.co.id/2015/08/makalah-turunnya-al-quran-dengan-tujuh.html?m=1
http://www.slideshare.net/nobericsoember/makalah-24885701

Tidak ada komentar:

Posting Komentar